Powered by Blogger

Temukan Artikel Anda :

Jumat, 25 Desember 2009

Tentang Imam Asy-Syafi'i


IMAM ASY-SYAFI'I (Pemilik Manhaj Fiqih Yang Memadukan Antara Dua Madzhab Pendahulunya)

Nama Dan Nasabnya

Beliau adalah Muhammad bin Idris bin al-‘Abbas bin Utsman bin Syafi’ bin as-Saib bin ‘Ubaid bin ‘Abdu Yazid bin Hasyim bin Murrah bin al-Muththalib bin ‘Abdi Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka’b bin Lu`ay bin Ghalib Abu ‘Abdillah al-Qurasyi asy-Syafi’i al-Makki, keluarga dekat Rasulullah SAW dan putera pamannya.

Al-Muththalib adalah saudara Hasyim yang merupakan ayah dari ‘Abdul Muththalib, kakek Rasulullah SAW. Jadi, Imam asy-Syafi’i berkumpul (bertemu nasabnya) dengan Rasulullah pada ‘Abdi Manaf bin Qushay, kakek Rasulullah yang ketiga

Sebutan “asy-Syafi’i” dinisbatkan kepada kakeknya yang bernama Syafi’ bin as-Saib, seorang shahabat junior yang sempat bertemu dengan Raasulullah SAW ketika masih muda.

Sedangkan as-Saib adalah seorang yang mirip dengan Rasulullah SAW sebagaimana diriwayatkan bahwa ketika suatu hari Nabi SAW berada di sebuah tempat yang bernama Fushthath, datanglah as-Saib bin ‘’Ubaid beserta puteranya, yaitu Syafi’ bin as-Saib, maka Rasulullah SAW memandangnya dan berkata, “Adalah suatu kebahagiaan bila seseorang mirip dengan ayahnya.”

Sementara ibunya berasal dari suku Azd, Yaman.

Gelarnya

Ia digelari sebagai Naashir al-Hadits (pembela hadits) atau Nasshir as-Sunnah, gelar ini diberikan karena pembelaannya terhadap hadits Rasulullah SAW dan komitmennya untuk mengikuti as-Sunnah.

Kelahiran Dan Pertumbuhannya

Para sejarawan sepakat, ia lahir pada tahun 150 H, yang merupakan -menurut pendapat yang kuat- tahun wafatnya Imam Abu Hanifah RAH tetapi mengenai tanggalnya, para ulama tidak ada yang memastikannya.

Tempat Kelahirannya

Ada banyak riwayat tentang tempat kelahiran Imam asy-Syafi’i. Yang paling populer adalah bahwa beliau dilahirkan di kota Ghazzah (Ghaza). Pendapat lain mengatakan, di kota ‘Asqalan bahkan ada yang mengatakan di Yaman.

Imam al-Baihaqi mengkonfirmasikan semua riwayat-riwayat tersebut dengan mengatakan bahwa yang shahih beliau dilahirkan di Ghaza bukan di Yaman. Sedangkan penyebutan ‘Yaman’ barangkali maksudnya adalah tempat yang dihuni oleh sebagian keturunan Yaman di kota Ghaza. Beliau kemudian lebih mendetail lagi dengan mengatakan, “Seluruh riwayat menunjukkan bahwa Imam asy-Syafi’i dilahirkan di kota Ghaza, lalu dibawa ke ‘Asqalan, lalu dibawa ke Mekkah.”

Ibn Hajar mengkonfirmasikan secara lebih spesifik lagi dengan mengatakan tidak ada pertentangan antar riwayat-riwayat tersebut (yang mengatakan Ghaza atau ‘Asqalan), karena ketika asy-Syafi’i mengatakan ia lahir di ‘Asqalan, maka maksudnya adalah kotanya sedangkan Ghaza adalah kampungnya. Ketika memasuki usia 2 tahun, ibunya membawanya ke negeri Hijaz dan berbaur dengan penduduk negeri itu yang terdiri dari orang-orang Yaman, karena ibunya berasal dari suku Azd. Ketika berumur 10 tahun, ia dibawa ibunya ke Mekkah karena ibunya khawatir nasabnya yang mulia itu lenyap dan terlupakan.

Pertumbuhan Dan Kegiatannya Dalam Mencari Ilmu

Imam asy-Syafi’i tumbuh di kota Ghaza sebagai seorang yatim, di samping itu juga hidup dalam kesulitan dan kefakiran serta terasing dari keluarga. Kondisi ini tidak menyurutkan tekadnya untuk hidup lebih baik. Rupanya atas taufiq Allah, ibunya membawanyanya ke tanah Hijaz, Mekkah. Maka dari situ, mulailah imam asy-Syafi’i kecil menghafal al-Qur’an dan berhasil menamatkannya dalam usia 7 tahun.

Menurut pengakuan asy-Syafi’i, bahwa ketika masa belajar dan mencari guru untuknya, ibunya tidak mampu membayar gaji gurunya, namun gurunya rela dan senang karena dia bisa menggantikannya pula. Lalu ia banyak menghadiri pengajian dan bertemu dengan para ulama untuk mempelajari beberapa masalah agama. Ia menulis semua apa yang didengarnya ke tulang-tulang yang bila sudah penuh dan banyak, maka ia masukkan ke dalam karung.

Ia juga bercerita bahwa ketika tiba di Mekkah dan saat itu masih berusia sekitar 10 tahun, salah seorang sanak saudaranya menasehati agar ia bersungguh-sungguh untuk hal yang bermanfa’at baginya. Lalu ia pun merasakan lezatnya menuntut ilmu dan karena kondisi ekonominya yang memprihatinkan, untuk menuntut ilmu ia harus pergi ke perpustakaan dan menggunakan bagian luar dari kulit yang dijumpainya untuk mencatat.

Hasilnya, dalam usia 7 tahun ia sudah hafal al-Qur’an 30 juz, pada usia 10 tahun (menurut riwayat lain, 13 tahun) ia hafal kitab al-Muwaththa` karya Imam Malik dan pada usia 15 tahun (menurut riwayat lain, 18 tahun) ia sudah dipercayakan untuk berfatwa oleh gurunya Muslim bin Khalid az-Zanji.

Semula beliau begitu gandrung dengan sya’ir dan bahasa di mana ia hafal sya’ir-sya’ir suku Hudzail. Bahkan, ia sempat berinteraksi dengan mereka selama 10 atau 20 tahun. Ia belajar ilmu bahasa dan balaghah. Dalam ilmu hadits, ia belajar dengan imam Malik dengan membaca langsung kitab al-Muwaththa` dari hafalannya sehingga membuat sang imam terkagum-kagum. Di samping itu, ia juga belajar berbagai disiplin ilmu sehingga gurunya banyak.

Pengembaraannya Dalam Menuntut Ilmu

Imam asy-Syafi’i amat senang dengan syair dan ilmu bahasa, terlebih lagi ketika ia mengambilnya dari suku Hudzail yang dikenal sebagai suku Arab paling fasih. Banyak bait-bait syair yang dihafalnya dari orang-orang Hudzail selama interaksinya bersama mereka. Di samping syair, beliau juga menggemari sejarah dan peperangan bangsa Arab serta sastra.

Kapasitas keilmuannya dalam bahasa ‘Arab tidak dapat diragukan lagi, bahkan seorang imam bahasa ‘Arab, al-Ashmu’i mengakui kapasitasnya dan mentashhih sya’ir-sya’ir Hudzail kepadanya.

Di samping itu, imam asy-Syafi’i juga seorang yang bacaan al-Qur’annya amat merdu sehingga membuat orang yang mendengarnya menangis bahkan pingsan. Hal ini diceritakan oleh Ibn Nashr yang berkata, “Bila kami ingin menangis, masing-masing kami berkata kepada yang lainnya, ‘bangkitlah menuju pemuda al-Muththaliby yang sedang membaca al-Qur’an,” dan bila kami sudah mendatanginya sedang shalat di al-Haram seraya memulai bacaan al-Qur’an, orang-orang merintih dan menangis tersedu-sedu saking merdu suaranya. Bila melihat kondisi orang-orang seperti itu, ia berhenti membacanya.

Di Mekkah, setelah dinasehati agar memperdalam fiqih, ia berguru kepada Muslim bin Khalid az-Zanji, seorang mufti Mekkah. Setelah itu, ia dibawa ibunya ke Madinah untuk menimba ilmu dari Imam Malik. Di sana, beliau berguru dengan Imam Malik selama 16 tahun hingga sang guru ini wafat (tahun 179 H). Pada saat yang sama, ia belajar pada Ibrahim bin Sa’d al-Anshary, Muhammad bin Sa’id bin Fudaik dan ulama-ulama selain mereka.

Sepeninggal Imam Malik, asy-Syafi’i merantau ke wilayah Najran sebagai Wali (penguasa) di sana. Namun betapa pun keadilan yang ditampakkannya, ada saja sebagian orang yang iri dan menjelek-jelekkanny a serta mengadukannya kepada khalifah Harun ar-Rasyid. Lalu ia pun dipanggil ke Dar al-Khilafah pada tahun 184 H. Akan tetapi beliau berhasil membela dirinya di hadapan khalifah dengan hujjah yang amat meyakinkan sehingga tampaklah bagi khalifah bahwa tuduhan yang diarahkan kepadanya tidak beralasan dan ia tidak bersalah, lalu khalifah menjatuhkan vonis ‘bebas’ atasnya. (kisah ini dimuat pada rubrik ‘kisah-kisah islami-red., ).

Beliau kemudian merantau ke Baghdad dan di sana bertemu dengan Muhammad bin al-Hasan asy-Syaibany, murid Imam Abu Hanifah. Beliau membaca kitab-kitabnya dan mengenal ilmu Ahli Ra`yi (kaum Rasional), kemudian kembali lagi ke Mekkah dan tinggal di sana selama kurang lebih 9 tahun untuk menyebarkan madzhabnya melalui halaqah-halaqah ilmu yang disesaki para penuntut ilmu di Haram, Mekkah, demikian juga melalui pertemuannya dengan para ulama saat berlangsung musim haji. Pada masa ini, Imam Ahmad belajar dengannya.

Kemudian beliau kembali lagi ke Baghdad tahun 195 H. Kebetulan di sana sudah ada majlisnya yang dihadiri oleh para ulama dan disesaki para penuntut ilmu yang datang dari berbagai penjuru. Beliau tinggal di sana selama 2 tahun yang dipergunakannya untuk mengarang kitab ar-Risalah. Dalam buku ini, beliau memaparkan madzhab lamanya (Qaul Qadim). Dalam masa ini, ada empat orang sahabat seniornya yang ‘nyantri’ dengannya, yaitu Ahmad bin Hanbal, Abu Tsaur, az-Za’farany dan al-Karaabiisy.

Kemudian beliau kembali ke Mekkah dan tinggal di sana dalam waktu yang relatif singkat, setelah itu meninggalkannya menuju Baghdad lagi, tepatnya pada tahun 198 H. Di Baghdad, beliau juga tinggal sebentar untuk kemudian meninggalkannya menuju Mesir.

Beliau tiba di Mesir pada tahun 199 H dan rupanya kesohorannya sudah mendahuluinya tiba di sana. Dalam perjalanannya ini, beliau didampingi beberapa orang muridnya, di antaranya ar-Rabi’ bin Sulaiman al-Murady dan ‘Abdullah bin az-Zubair al-Humaidy. Beliau singgah dulu di Fushthath sebagai tamu ‘Abdullah bin ‘Abdul Hakam yang merupakan sahabat Imam Malik. Kemudian beliau mulai mengisi pengajiannya di Jami’ ‘Amr bin al-‘Ash. Ternyata, kebanyakan dari pengikut dua imam sebelumnya, yaitu pengikut Imam Abu Hanifah dan Imam Malik lebih condong kepadanya dan terkesima dengan kefasihan dan ilmunya.

Di Mesir, beliau tinggal selama 5 tahun di mana selama masa ini dipergunakannya untuk mengarang, mengajar, berdebat (Munazharah) dan meng-counter pendapat-pendapat lawan. Di negeri inilah, beliau meletakkan madzhab barunya (Qaul Jadid), yaitu berupa hukum-hukum dan fatwa-fatwa yang beliau gali dalilnya selama di Mesir, sebagiannya berbeda dengan pendapat fiqih yang telah diletakkannya di Iraq. Di Mesir pula, beliau mengarang buku-buku monumentalnya, yang diriwayatkan oleh para muridnya.

Kemunculan Sosok Dan Manhaj (Metode) Fiqihnya

Mengenai hal ini, Ahmad Tamam di dalam bukunya asy-Syaafi’iy: Malaamih Wa Aatsaar menyebutkan bagaimana kemunculan sosok asy-Syafi’i dan manhaj fiqihnya. Sebuah manhaj yang merupakan paduan antara fiqih Ahli Hijaz dan fiqih Ahli Iraq, manhaj yang dimatangkan oleh akal yang menyala, kemumpunian dalam al-Qur’an dan as-Sunnah, kejelian dalam linguistik Arab dan sastra-sastranya, kepakaran dalam mengetahui kondisi manusia dan permasalahan- permasalahan mereka serta kekuatan pendapat dan qiyasnya.

Bila kembali ke abad 2 M, kita mendapati bahwa pada abad ini telah muncul dua ‘’perguruan’ (Madrasah) utama di dalam fiqih Islam; yaitu perguruan rasional (Madrasah Ahli Ra`yi) dan perguruan hadits (Madrasah Ahli Hadits). Perguruan pertama eksis di Iraq dan merupakan kepanjangan tangan dari fiqih ‘Abdullah bin Mas’ud yang dulu tinggal di sana. Lalu ilmunya dilanjutkan oleh para sahabatnya dan mereka kemudian menyebarkannya. Dalam hal ini, Ibn Mas’ud banyak terpengaruh oleh manhaj ‘Umar bin al-Khaththab di dalam berpegang kepada akal (pendapat) dan menggali illat-illat hukum manakala tidak terdapat nash baik dari Kitabullah mau pun dari Sunnah Rasulullah SAW. Di antara murid Ibn Mas’ud yang paling terkenal adalah ‘Alqamah bin Qais an-Nakha’iy, al-Aswad bin Yazid an-Nakha’iy, Masruq bin al-Ajda’ al-Hamadaany dan Syuraih al-Qadly. Mereka itulah para ahli fiqih terdepan pada abad I H. Setelah mereka, perguruan Ahli Ra`yi dipimpin oleh Ibrahim bin Yazid an-Nakha’iy, ahli fiqih Iraq tanpa tanding. Di tangannya muncul beberapa orang murid, di antaranya Hammad bin Sulaiman yang menggantikan pengajiannya sepeninggalnya. Hammad adalah seorang Imam Mujtahid dan memiliki pengajian yang begitu besar di Kufah. Pengajiannya ini didatangi banyak penuntut ilmu, di antaranya Abu Hanifah an-Nu’man yang pada masanya mengungguli semua rekan sepengajiannya dan kepadanya berakhir tampuk kepemimpinan fiqih. Ia lah yang menggantikan syaikhnya setelah wafatnya dan mengisi pengajian yang diselenggarakan perguruan Ahli Ra`yi. Pada masanya, banyak sekali para penuntut ilmu belajar fiqih dengannya, termasuk di antaranya murid-muridnya yang setia, yaitu Qadi Abu Yusuf, Muhammad bin al-Hasan, Zufar, al-Hasan bin Ziyad dan ulama-ulama selain mereka. Di tangan-tangan mereka itulah akhirnya metode perguruan Ahli Ra`yi mengkristal, semakin eksis dan jelas manhajnya.

Sedangkan perguruan Ahli Hadits berkembang di semenanjung Hijaz dan merupakan kepanjangan tangan dari perguruan ‘Abdullah bin ‘Abbas, ‘Abdullah bin ‘Umar, ‘Aisyah dan para ahli fiqih dari kalangan shahabat lainnya yang berdiam di Mekkah dan Madinah. Penganut perguruan ini banyak melahirkan para imam seperti Sa’id bin al-Musayyab, ‘Urwah bin az-Zubair, al-Qasim bin Muhammad, Ibn Syihab az-Zuhry, al-Laits bin Sa’d dan Malik bin Anas. Perguruan ini unggul dalam hal keberpegangannya sebatas nash-nash Kitabullah dan as-Sunnah, bila tidak mendapatkannya, maka dengan atsar-atsar para shahabat. Di samping itu, timbulnya perkara-perkara baru yang relatif sedikit di Hijaz, tidak sampai memaksa mereka untuk melakukan penggalian hukum (istinbath) secara lebih luas, berbeda halnya dengan kondisi di Iraq.

Saat imam asy-Syafi’I muncul, antara kedua perguruan ini terjadi perdebatan yang sengit, maka ia kemudian mengambil sikap menengah (baca: moderat). Beliau berhasil melerai perdebatan fiqih yang terjadi antara kedua perguruan tersebut berkat kemampuannya di dalam menggabungkan antara kedua manhaj perguruan tersebut mengingat ia sempat berguru kepada tokoh utama dari keduanya; dari perguruan Ahli Hadits, ia berguru dengan pendirinya, Imam Malik dan dari perguruan Ahli Ra`yi, ia berguru dengan orang nomor dua yang tidak lain adalah sahabat dan murid Imam Abu Hanifah, yaitu Muhammad bin al-Hasan asy-Syaibany.

Imam asy-Syafi’i menyusun Ushul (pokok-pokok utama) yang dijadikan acuan di dalam fiqihnya dan kaidah-kaidah yang dikomitmeninya di dalam ijtihadnya pada risalah ushul fiqih yang berjudul ar-Risalah. Ushul tersebut ia terapkan dalam fiqihnya. Ia merupakan Ushul amaliah bukan teoritis. Yang lebih jelas lagi dapat dibaca pada kitabnya al-Umm di mana beliau menyebutkan hukum berikut dalil-dalilnya, kemudian menjelaskan aspek pendalilan dengan dalil, kaidah-kaidah ijtihad dan pokok-pokok penggalian dalil yang dipakai di dalam menggalinya. Pertama, ia merujuk kepada al-Qur’an dan hal-hal yang nampak baginya dari itu kecuali bila ada dalil lain yang mengharuskan pengalihannya dari makna zhahirnya, kemudian setelah itu, ia merujuk kepada as-Sunnah bahkan sampai pada penerimaan khabar Ahad yang diriwayatkan oleh periwayat tunggal namun ia seorang yang Tsiqah (dapat dipercaya) pada diennya, dikenal sebagai orang yang jujur dan tersohor dengan kuat hafalan. Asy-Syafi’i menilai bahwa as-Sunnah dan al-Qur’an setaraf sehingga tidak mungkin melihat hanya pada al-Qur’an saja tanpa melihat lagi pada as-Sunnah yang menjelaskannya. Al-Qur’an membawa hukum-hukum yang bersifat umum dan kaidah Kulliyyah (bersifat menyeluruh) sedangkan as-Sunnah lah yang menafsirkan hal itu. as-Sunnah pula lah yang mengkhususkan makna umum pada al-Qur’an, mengikat makna Muthlaq-nya atau menjelaskan makna globalnya.

Untuk berhujjah dengan as-Sunnah, asy-Syafi’i hanya mensyaratkan bersambungnya sanad dan keshahihannya. Bila sudah seperti itu maka ia shahih menurutnya dan menjadi hujjahnya. Ia tidak mensyaratkan harus tidak bertentangan dengan amalan Ahli Madinah untuk menerima suatu hadits sebagaimana yang disyaratkan gurunya, Imam Malik, atau hadits tersebut harus masyhur dan periwayatnya tidak melakukan hal yang bertolak belakang dengannya.

Selama masa hidupnya, Imam asy-Syafi’i berada di garda terdepan dalam membela as-Sunnah, menegakkan dalil atas keshahihan berhujjah dengan hadits Ahad. Pembelaannya inilah yang merupakan faktor semakin melejitnya popularitas dan kedudukannya di sisi Ahli Hadits sehingga mereka menjulukinya sebagai Naashir as-Sunnah (Pembela as-Sunnah).

Barangkali faktor utama kenapa asy-Syafi’i lebih banyak berpegang kepada hadits ketimbang Imam Abu Hanifah bahkan menerima hadits Ahad bilamana syarat-syaratnya terpenuhi adalah karena ia hafal hadits dan amat memahami ‘illat-‘illat-nya di mana ia tidak menerima darinya kecuali yang memang valid menurutnya. Bisa jadi hadits-hadits yang menurutnya shahih, menurut Abu Hanifah dan para sahabatnya tidak demikian.

Setelah merujuk al-Qur’an dan as-Sunnah, asy-Syafi’i menjadikan ijma’ sebagai dalil berikutnya bila menurutnya tidak ada yang bertentangan dengannya, kemudian baru Qiyas tetapi dengan syarat terdapat asalnya dari al-Qur’an dan as-Sunnah. Penggunaannya terhadap Qiyas tidak seluas yang dilakukan Imam Abu Hanifah.

Aqidahnya

Di sini dikatakan bahwa ia seorang Salafy di mana ‘aqidahnya sama dengan ‘aqidah para ulama Salaf; menetapkan apa yang ditetapkan Allah dan Rasul-Nya dan menafikan apa yang dinafikan Allah dan Rasul-Nya tanpa melakukan Tahrif (perubahan), Ta`wil (penafsiran yang menyimpang), Takyif (Pengadaptasian alias mempertanyakan; bagaimana), Tamtsil (Penyerupaan) dan Ta’thil (Pembatalan alias pendisfungsian asma dan sifat Allah).

Beliau, misalnya, mengimani bahwa Allah memiliki Asma` dan Sifat sebagaimana yang dijelaskan Allah dalam kitab-Nya dan Rasulullah dalam haditsnya, bahwa siapa pun makhluk Allah yang sudah ditegakkan hujjah atasnya, al-Qur’an sudah turun mengenainya dan menurutnya hadits Rasulullah sudah shahih karena diriwayatkan oleh periwayat yang adil; maka tidak ada alasan baginya untuk menentangnya dan siapa yang menentang hal itu setelah hujjah sudah benar-benar valid atasnya, maka ia kafir kepada Allah. Beliau juga menyatakan bahwa bila sebelum validnya hujjah atas seseorang dari sisi hadits, maka ia dapat ditolerir karena kejahilannya sebab ilmu mengenai hal itu tidak bisa diraba hanya dengan akal, dirayah atau pun pemikiran.

Beliau juga mengimani bahwa Allah Ta’ala Maha Mendengar, memiliki dua tangan, berada di atas ‘arasy-Nya dan sebagainya.

Beliau juga menegaskan bahwa iman adalah ucapan, perbuatan dan keyakinan dengan hati. (untuk lebih jelasnya, silahkan merujuk buku Manaaqib asy-Syafi’i karangan Imam al-Baihaqi; I’tiqaad al-A`immah al-Arba’ah karya Syaikh Dr.Muhammad ‘Abdurrahman al-Khumais [sudah diterjemahkan –kurang lebih judulnya-: ‘Aqidah Empat Imam Madzhab oleh KH.Musthafa Ya’qub])

Sya’ir-Sya’irnya

Imam asy-Syafi’i dikenal sebagai salah seorang dari empat imam madzhab tetapi tidak banyak yang tahu bahwa ia juga seorang penyair. Beliau seorang yang fasih lisannya, amat menyentuh kata-katanya, menjadi hujjah di dalam bahasa ‘Arab. Hal ini dapat dimengerti, karena sejak dini, beliau sudah tinggal dan berinteraksi dengan suku Hudzail yang merupakan suku arab paling fasih kala itu. Beliau mempelajari semua sya’ir-sya’ir mereka, karena itu ia dianggap sebagai salah satu rujukan bagi para ahli bahasa semasanya, di antaranya diakui sendiri oleh seorang tokoh sastra Arab semasanya, al-Ashmu’i sebagaimana telah disinggung sebelumnya.

Imam Ahmad berkata, “asy-Syafi’i adalah orang yang paling fasih.” Imam Malik terkagum-kagum dengan bacaannya karena demikian fasih. Karena itu, pantas bila Imam Ahmad pernah berkata, “Tidak seorang pun yang menyentuh tinta atau pun pena melainkan di pundaknya ada jasa asy-Syafi’i.” Ayyub bin Suwaid berkata, “Ambillah bahasa dari asy-Syafi’i.”

Hampir semua isi sya’ir yang dirangkai Imam asy-Syafi’i bertemakan perenungan. Sedangkan karakteristik khusus sya’irnya adalah sya’ir klasik. Alhasil, ia mirip dengan perumpamaan- perumpamaan atau hikmah-hikmah yang berlaku di tengah manusia.

Di antara contohnya,
- Sya’ir Zuhud

Hendaknya engkau bertakwa kepada Allah jika engkau lalai
Pasti Dia membawa rizki tanpa engkau sadari
Bagaimana engkau takut miskin padahal Allah Sang Pemberi rizki
Dia telah memberi rizki burung dan ikan hiu di laut
Siapa yang mengira rizki hanya didapat dengan kekuatan
Semestinya burung pipit tidak dapat makan karena takut pada elang
Turun dari dunia (mati), tidak engkau tahu kapan
Bila sudah malam, apakah engkau akan hidup hingga fajar?
Berapa banyak orang yang segar-bugar mati tanpa sakit
Dan berapa banyak orang yang sakit hidup sekian tahunan?

- Sya’ir Akhaq

Kala mema’afkan, aku tidak iri pada siapa pun
Aku tenangkan jiwaku dari keinginan bermusuhan
Sesungguhnya aku ucapkan selamat pada musuhku saat melihatnya
Agar dapat menangkal kejahatannya dengan ucapan-ucapan selamat tersebut
Manusia yang paling nampak bagi seseorang adalah yang paling dibencinya
Sebagaimana rasa cinta telah menyumbat hatiku
Manusia itu penyakit dan penyakit manusia adalah kedekatan dengan mereka
Namun mengasingkan mereka adalah pula memutus kasih sayang

Tawadlu’, Wara’ Dan ‘ibadahnya

Imam asy-Syafi’i terkenal dengan ketawadlu’an (kerendahan diri)-nya dan ketundukannya pada kebenaran. Hal ini dibuktikan dengan pengajiannya dan pergaulannya dengan teman sejawat, murid-murid dan orang-orang lain. Demikian juga, para ulama dari kalangan ahli fiqih, ushul, hadits dan bahasa sepakat atas keamanahan, keadilan, kezuhudan, kewara’an, ketakwaan dan ketinggian martabatnya.

Sekali pun demikian agungnya beliau dari sisi ilmu, ahli debat, amanah dan hanya mencari kebenaran, namun hal itu semua bukan karena ingin dipandang dan tersohor. Karena itu, masih terduplikasi dalam memori sejarah ucapannya yang amat masyhur, “Tidaklah aku berdebat dengan seseorang melainkan aku tidak peduli apakah Allah menjelaskan kebenaran atas lisannya atau lisanku.”

Sampai-sampai saking hormatnya Imam Ahmad kepada gurunya, asy-Syafi’i ini; ketika ia ditanya oleh anaknya tentang gurunya tersebut, “Siapa sih asy-Syafi’i itu hingga ayahanda memperbanyak doa untuknya?” ia menjawab, “Imam asy-Syafi’i ibarat matahari bagi siang hari dan ibarat kesehatan bagi manusia; maka lihat, apakah bagi keduanya ini ada penggantinya. ?”

Imam asy-Syafi’i seorang yang faqih bagi dirinya, banyak akalnya, benar pandangan dan fikirnya, ahli ibadah dan dzikir. Beliau amat mencintai ilmu, sampai-sampai ia berkata, “Menuntut ilmu lebih afdlal daripada shalat sunnat.”

Sekali pun demikian, ar-Rabi’ bin Sualaiman, muridnya meriwayatkan bahwasanya ia selalu shalat malam hingga wafat dan setiap malam satu kali khatam al-Qur’an.

Ad-Dzahabi di dalam kitabnya Siyar an-Nubalaa` meriwayatkan dari ar-Rabi’ bin Sulaiman yang berkata, “Imam asy-Syafi’i membagi-bagi malamnya; sepertiga pertama untuk menulis, sepertiga kedua untuk shalat dan sepertiga ketiga untuk tidur.”

Menambahi ucapan ar-Rabi’ tersebut, Adz-Dzahabi berkata, “Tentunya, ketiga pekerjaan itu hendaknya dilakukan dengan niat.”

Ya, Imam adz-Dzahabi benar sebab niat merupakan ciri kelakuan para ulama. Bila ilmu membuahkan perbuatan, maka ia akan meletakkan pelakunya di atas jalan keselamatan.

Betapa kita sekarang-sekarang ini lebih berhajat kepada para ulama yang bekerja (‘amiliin), yang tulus (shadiqiin) dan ahli ibadah (‘abidiin), yang menjadi tumpuan umat di dalam menghadapi berbagai problematika yang begitu banyaknya, La hawla wa la quwwata illa billaah.

Imam asy-Syafi’i tetap tinggal di Mesir dan tidak pergi lagi dari sana. Beliau mengisi pengajian yang dikerubuti oleh para muridnya hingga beliau menemui Rabbnya pada tanggal 30 Rajab tahun 204 H.

Alangkah indah isi bait Ratsâ` (sya’ir mengenang jasa baik orang sudah meninggal dunia) yang dikarang Muhammad bin Duraid, awalnya berbunyi,
Tidakkah engkau lihat peninggalan Ibn Idris (asy-Syafi’i) setelahnya
Dalil-dalilnya mengenai berbagai problematika begitu berkilauan

REFERENSI:

- asy-Syafi’i; Malaamih Wa Atsar Fi Dzikra Wafaatih karya Ahmad Tamam
- I’tiqaad A`immah as-Salaf Ahl al-Hadits karya Dr.Muhammad ‘Abdurrahman al-Khumais
- Mawsuu’ah al-Mawrid al-Hadiitsah
- Al-Imam asy-Syafi’i Syaa’iran karya Muhammad Khumais
- Diiwaan al-Imam asy-Syafi’i, terbitan al-Hai`ah al-Mishriiyyah Li al-Kitaab
- Qiyaam asy-Syafi’i (Thariqul Islam)
- Manhaj Aqidah Imam asy-Syafi’i karya Dr.Muhammad al-‘Aqil, penerbit: Pustaka Imam asy-Syafi’i

Diringkas dan disadur oleh,
Abu Hafshoh al-‘Afifah





Butuh info barang-barang keren dan up to date ? Kunjungi pro4shop pusatnya barang bermutu.

Kamis, 10 Desember 2009

Sa’ad bin Abi Waqqash; Sosok Pemanah Pertama di Jalan Allah Nun Berjiwa Tegar


Beliau adalah sahabat yang agung, sa’ad bin Abi Waqqash –semoga Allah meridloinya- salah seorang yang pertama masuk Islam dan salah seorang calon penghuni surga dari sepuluh orang yang diberikan kabar gembira oleh Rasulullah saw sebagai calon penghuni surga tanpa dihisab.

Pada saat umurnya menginjak 17 tahun, dalam tidurnya beliau bermimpi tenggelam dilautan yang gelap gulita dan saat ia terhempas di dalamnya beliau melihat bulan; kemudian dia mengikutinya, dan sebelum dia ada tiga orang yang mendahuluinya, yaitu Zaid bin Haritsah, Ali bin abi Thalib dan Abu Bakar Ash-Shidiq, dan ketika matahari telah terbit beliau mendengar bahwa Rasulullah saw menyeru kepada agama baru; dan beliau menyadari bahwa yang dimaksud dengan sinar bulan seperti yang dilihat dalam mimpinya adalah nabi saw; beliaupun segera pergi menemui Rasulullah saw; dan ikut dengan para pendahulu yang telah masuk Islam.

Ketegaran beliau tampak saat ibunya secara kontinyu ingin menghalangi beliau dari jalan Iman, namun usahanya selalu gagal dihadapan hati yang telah terpatri dengan iman, ibunya melarang dirinya untuk makan dan minum, dan menolak pemberian makanan darinya hingga anaknya mau kembali kepada agamanya, namun dengan tegas beliau berkata kepada ibunya : “Wahai ibuku, sesungguhnya saya mencintaimu, namun cinta saya kepada Allah dan Rasul-Nya lebih aku cintai dari yang lainnya”.

Dan saat ibunya mendekati ajal akibat keengganannya untuk makan dan minum, para tetangga beliau memerintahkan sa’ad untuk menengok ibunya dan melunak hatinya hingga mau kemabli kepada agamanya semula, namun sa’ad tetap berkata kepadanya : “Wahai ibuku, ketahuilah demi Allah sekiranya engkau memiliki seratus nyawa dan keluar satu demi satu, saya tetap tidak akan goyah dari agamaku, jika engaku berkehendak maka makanlah, jika tidak mau makan maka terserah engkau, dan saat ibunya melihat akan keteguhan anaknya sehingga tidak mau kembali kepada agamanya; dia menarik kembali azamnya, kemudian mau makan dan minum; dan saat itu pula turun wahyu memberikan keberkahan terhadap apa yang telah dilakukan oleh sa’ad, Allah SWT berfirman : “Jika orang tuamu memaksa kamu untuk berbuat menyekutukan Saya (Allah) sedang kamu tidak ada pengetahun dengannya maka janganlah engkau taati dan pergaulilah keduanya di dunia dengan cara yang baik”. (QS. Luqman : 15)

Sa’ad selalu menemani Rasulullah saw di Mekkah sampai Allah mengizinkan kaum Muslimin untuk hijrah ke Madinah Al-Munawwarah, dan ketika kaum muslimin melakukan hijrah, beliau tetap berada disisi Rasulullah saw dalam memerangi orang-orang musyrik, dan mendapatkan kemuliaan jihad di jalan Allah, dan beliau menganggap bahwa dirinya orang yang pertama menggunakan panah di jalan Allah dan orang yang pertama menumpahkan darah orang-orang kafir.

Ketika Rasulullah saw mengutus gerilyawan yang didalamnya ada Sa’ad bin Abi waqqash ke suatu tempat yang bernama Sabig salah satu negeri di Hijaz, yang terletak disamping kota Jahfah, maka orang-orang msuyrik menyerang kaum muslimin, sedang Sa’ad saat itu menggunakan panah sebagai senjata, dan pada saat itulah pertama kali terjadinya perang dalam Islam.

Pada saat terjadinya perang Uhud, Sa’ad berdiri membentengi Rasulullah saw dan memerangi orang-orang musyrik, lalu beliau melemparkan panahnya hingga Rasulullah saw melihatnya, beliau mendoakannya dan memberikan kabar gembira, beliau bersabda : “Wahai Sa’ad, lepaskanlah panahmu taruhannya adalah ibuku dan bapakku”. (Muttafaqun alaih), setelah itu Sa’ad berkata : “Tidak pernah saya mendengar Rasulullah saw menggabungkan kedua orang tuanya setelah itu”. Sedangkan putri Sa’ad ‘Aisyah binti Sa’ad merasa bangga dan gembira, dan dia berkata : “saya adalah anak seorang yang hijrah yang Rasulullah saw memberikan taruhan pada kedua orang tuanya saat perang Uhud”.

Suatu hari Sa’ad menderita sakit, lalu Rasulullah saw datang untuk menjenguknya dan menghiburnya, maka Sa’ad pun bertanya-tanya sambil berkata : “Sungguh telah sampai pada saya penyakit, dan saya memiliki banyak harta sedang tidak ada yang mewariskannya kecuali putri saya, apakah saya boleh mensedekahkannya dua pertiga dari harta saya ? Nabi saw menjawab : “Jangan”, Sa’ad berkata lagi : “atau setengahnya”, Nabi menjawab : “Jangan”, kemudian beliau bersabda : “sepertiga saja, karena seperti sudah dianggap banyak, sesungguhnya engkau meninggalkan anakmu dalam keadaan berkecukupan lebih baik daripada engkau meninggalkannya dalam keadaan miskin dan meminta-minta kepada manusia, dan tidaklah engkau menginfakkan hartamu dengan mengharap Ridlo Allah kecuali akan diberikan ganjaran, walaupun sesuatu yang engkau letakkan dimulut istri kamu”. (Muttafaqun ‘alaih), hingga pada akhirnya Sa’ad dikarunia anak yang banyak, diantaranya adalah Ibrahim, ‘Amir, Umar, Muhammad dan Aisyah.

Rasulullah saw sangat cinta kepada Sa’ad, dari Jabir diriwayatkan, dia berkata : “Saat kami bersama Rasulullah saw, ketika itu datang Sa’ad, maka Rasulullah saw bersabda : “Ini adalah pamanku, maka lihatlah seseorang dari pamanku”. (At-Turmudzi, At-Thabrani dan Ibnu Sa’ad).

Sa’ad seorang sahabat yang doanya diijabah (dikabulkan) oleh Allah, dan Nabi pernah mendoakannya, beliau bersabda : “Ya Allah, kabulkanlah Sa’ad jika dia berdoa kepada-Mu”. ((At-Turmudzi) .

Saat Umar menjabat sebagai Khalifah, Sa’ad ditugaskan menjadi gubernur di Kuffah, dan Umar selalu memantau anak buahnya dan mencari tahu keadaan para pejabatnya, suatu hari Umar datang ke Kuffah guna meneliti pengaduan penduduk Kuffah bahwa Sa’ad saat menjadi Imam bacaannya panjang sekali, namun saat umat berjalan menelusuri masjid dan bertanya kepada penduduk sekeliling tidak ada yang mengatakan tentang Sa’ad kecuali yang baik saja, kecuali satu orang diantara mereka yang mengatakan berbeda, maka apa-apa yang telah di tuduhkan atas Sa’ad : bahwa beliau tidak adil dalam memutuskan suatu permasalahan dan tidak membagikan sesuatu dengan merata dan tidak pernah ikut dalam berperang, maka Sa’ad berdoa : “Ya Allah jika yang demikian adalah dusta, maka butakanlah matanya dan perpanjang umurnya, dan singkapkanlah fitnah yang telah disebarkannya, maka pada saat itu ada seorang laki-laki yang berjalan sambil menggenggam selimut lalu jatuhlah biji matanya, saat ditanyakan akan hal tersebut beliau berkata : “itulah orang tua yang suka memfitnah, yang telah tertimpa musibah dari doanya Sa’ad”.

Suatu hari Sa’ad mendengar seorang lelaki mencela Ali, Tolhah dan Az-Az-Zubair, kemudian beliau mencegahnya namun dia tidak mau mendengar dan tidak mau berhenti, maka Sa’ad berkata kepada orang itu : “jadi engkau mau saya doakan atasmu; orang itupun berkata : “apakah engkau mengancam saya, seakan-akan engkau seperti nabi; maka Sa’ad pun pergi, lalu berwudlu dan sholat dua raka’at kemudian beliau mengangkat kedua tangannya, dan berdoa : “Ya Allah jika engkau melihat dan mengetahui bahwa orang tersebut telah mencaci kaum yang telah Engkau berikan kebaikan kepada mereka; dan sesungguhnya juga telah memurkai orang yang mencela mereka; maka berikanlah kepadanya nasehat dan pelajaran; maka setelah itu belum berjalan lama hingga akhirnya keluarlah seekor unta yang besar dari sebuah rumah dan menyerang orang yang telah mencela para sahabat; hingga akhirnya dia tertindih oleh unta dan pada akhirnya orang tersebut mati”.

Saat terjadi penyerangan atas Pasukan Persia diperbatasan negeri Islam, Umar mengirim tentara yang dipimpin oleh Sa’ad bin Abi Waqqash, hingga terjadilah perang Al-Qadisiah, dan pada saat itu kaum muslimin terkepung oleh Pasukan Persia dan sekutunya, sehingga banyak diantara mereka yang terbunuh termasuk salah seorang komandan mereka Rustum, adapun sisa dari pasukan dari Pasukan Persia merasa gentar kemudian mundur, dan kaum muslimin akhirnya mendapatkan kemenangan yang besar dalam perang Qadisiyah tersebut yang dipimpin oleh Sa’ad bin Abi Waqqash. Dan bukan pada Saat itu saja Sa’ad menjadi komandan perang namun banyak peperangan lain yang beliau pimpin, seperti perang Mada’in; saat sekelompok pasukan berkuda berusaha menghadang dan menyerang kaum muslimin, dan Sa’ad menyadari bahwa saat itu pasukan Persia berada dalam posisi yang menguntungkan, maka dia memutuskan untuk menyerang mereka secara tiba-tiba, sedangkan pada saat itu sungai dajlah sedang meluap karena banjir, maka pada akhirnya kuda-kuda kaum muslimin diseberangkan disungai kemudian berjalan melalui jalan lain guna melakukan penyerangan, dan selanjutnya kaum musliminpun mendapatkan kemenangan yang besar.

Saat seorang Majusi Abu Lu’lu’ah berhasil menikam Umar bin Khattab, Umar memilih enam orang dari sahabat agar siap dipilih manjadi khalifah, dan beliau mengabarkan bahwa saat menjelang wafatnya, Rasulullah saw ridlo pada mereka, dan diantara enam orang yang terpilih adalah Sa’ad bin Abi Waqqash, kemuidan Umar berkata : “Kalau saya boleh memutuskan/memilih salah seorang dari mereka untuk menjadi khalifah maka saya akan memilih Sa’ad”, dan beliau berkata kepada orang yang ada disekelilingnya : “jika Sa’ad terpilih maka itulah dia, dan jika yang terpilih selainnya maka mintalah bantuan kepada Sa’ad, maka ketika utsman terpilih, beliau menjadikannya sebagai pembantu dalam setiap perkaranya.

Saat terjadi fitnah diakhir kekhalifahan Ali –semoga Allah meridloinya- , Sa’ad menjauh darinya; mengisolir dirinya, dan beliau memerintahkan kepada keluarganya dan anak-anaknya jangan memberikan kabar tentang keberadaannya.

Dan saat anaknya Amir datang kepadanya dan memintanya untuk ikut serta dalam memerangi orang-orang yang memerangi mereka, dan khilafah juga memintanya, Sa’ad berkata dengan lemah lembut kepada anaknya : “Wahai anakku, apakah dalam fitnah ini menyeret saya untuk menjadi gembongnya ? demi Allah tidak sama sekali sehingga saya sudi mengangkat pedang, jika saya membunuh orang muslim maka dia tidak akan merasa sakit, namun jika saya memukul orang kafir maka saya telah membunuhnya, dan saya pernah mendengar Rasulullah saw bersabda : “sesungguhnya Allah mencintai hamba yang kaya, tidak terkenal (tawadlu) dan bertakwa”. (Ahmad dan Muslim).

Pada tahun 55 Hijriyah Sa’ad mewasiatkan kapada keluarganya untuk mengkafaninya dengan kain yang lusuh yang beliau miliki, dan tidaklah ada baju yang beliau miliki yang memiliki kemuliaan begitu tinggi dari seluruh penghuni yang ada di dunia ini, dia berkata kepada mereka : “sungguh saya berperang melawan orang-orang musyrik, dalam perang Badar menggunakan baju ini, dan pada hari ini saya menyimpannya”.

Beliau wafat di desa Aqiq, kemudian jenazahnya diusung dengan unta ke Madinah, dan dikebumikan disana sebagai sahabat terakhir yang meninggal dari 10 orang yang dijamin masuk surga tanpa hisab, dan sahabat yang terakhir meninggal dari para Muhajirin.

DOWNLOAD DISINI :




Butuh info barang-barang keren dan up to date ? Kunjungi pro4shop pusatnya barang bermutu.

Sabtu, 05 Desember 2009

Tugas Iblis


Iblis Terpaksa Bertamu Kepada Rasulullah SAW
(dari Muadz bin Jabal dari Ibn Abbas)

Ketika kami sedang bersama Rasulullah SAW di kediaman seorang sahabat Anshar, tiba - tiba terdengar panggilan seseorang dari luar rumah: "Wahai penghuni rumah, bolehkah aku masuk..? Sebab kalian akan membutuhkanku. "

Rasulullah bersabda:"Tahukah kalian siapa yang memanggil?"


Kami menjawab: "Allah dan rasulNya yang lebih tahu."


Beliau melanjutkan, "Itu Iblis, laknat Allah bersamanya."


Umar bin Khattab berkata: "izinkan aku membunuhnya wahai Rasulullah"


Nabi menahannya: "Sabar wahai Umar, bukankah kamu tahu bahwa Allah memberinya kesempatan hingga hari kiamat? Lebih baik bukakan pintu untuknya, sebab dia telah diperintahkan oleh Allah untuk ini, pahamilah apa yang hendak ia katakan dan dengarkan dengan baik."

Ibnu Abbas RA berkata: pintu lalu dibuka, ternyata dia seperti seorang kakek yang cacat satu matanya. di janggutnya terdapat 7 helai rambut seperti rambut kuda, taringnya terlihat seperti taring babi, bibirnya seperti bibir sapi.

Iblis berkata: "Salam untukmu Muhammad,... . salam untukmu para hadirin..."

Rasulullah SAW lalu menjawab: Salam hanya milik Allah SWT, sebagai mahluk terlaknat, apa keperluanmu? "

Iblis menjawab: "Wahai Muhammad, aku datang ke sini bukan atas kemauanku, namun karena terpaksa."

"Siapa yang memaksamu?"

Seorang malaikat dari utusan Allah telah mendatangiku dan berkata:
"Allah SWT memerintahkanmu untuk mendatangi Muhammad sambil menundukkan diri.beritahu Muhammad tentang caramu dalam menggoda manusia. jawabalah dengan jujur semua pertanyaannya. Demi kebesaran Allah, andai kau berdusta satu kali saja, maka Allah akan jadikan dirimu debu yang ditiup angin."

oleh karena itu aku sekarang mendatangimu. Tanyalah apa yang hendak kau tanyakan. jika aku berdusta, aku akan dicaci oleh setiap musuhku. tidak ada sesuatu pun yang paling besar menimpaku daripada cacian musuh."


Orang Yang Dibenci Iblis

Rasulullah SAW lalu bertanya kepada Iblis: "Kalau kau benar jujur, siapakah manusia yang paling kau benci?"

Iblis segera menjawab: "Kamu, kamu dan orang sepertimu adalah mahkluk Allah yang paling aku benci."

"Siapa selanjutnya? "
"Pemuda yang bertakwa yang memberikan dirinya mengabdi kepada Allah SWT."

"lalu siapa lagi?"
"Orang Aliim dan wara' (Loyal)"

"Lalu siapa lagi?"
"Orang yang selalu bersuci."

"Siapa lagi?"
"Seorang fakir yang sabar dan tak pernah mengeluhkan kesulitannnya kepda orang lain."

"Apa tanda kesabarannya? "
"Wahai Muhammad, jika ia tidak mengeluhkan kesulitannya kepada orang lain selama 3 hari, Allah akan memberi pahala orang -orang yang sabar."

"Selanjutnya apa?"
"Orang kaya yang bersyukur."

"Apa tanda kesyukurannya? "
"Ia mengambil kekayaannya dari tempatnya, dan mengeluarkannya juga dari tempatnya."

"Orang seperti apa Abu Bakar menurutmu?"
"Ia tidak pernah menurutiku di masa jahiliyah, apalagi dalam Islam."

"Umar bin Khattab?"
"Demi Allah setiap berjumpa dengannya aku pasti kabur."

"Usman bin Affan?"
"Aku malu kepada orang yang malaikat pun malu kepadanya."

"Ali bin Abi Thalib?"
"Aku berharap darinya agar kepalaku selamat, dan berharap ia melepaskanku dan aku melepaskannya. tetapi ia tak akan mau melakukan itu." (Ali bin Abi Thalib selau berdzikir terhadap Allah SWT)


Amalan Yang Dapat Menyakiti Iblis

"Apa yang kau rasakan jika melihat seseorang dari umatku yang hendak shalat?"
"aku merasa panas dingin dan gemetar."

"Kenapa?"
"Sebab, setiap seorang hamba bersujud 1x kepada Allah, Allah mengangkatnya 1 derajat."

"Jika seorang umatku berpuasa?"
"Tubuhku terasa terikat hingga ia berbuka."

"Jika ia berhaji?"
"Aku seperti orang gila."

"Jika ia membaca al-Quran?"
"Aku merasa meleleh laksana timah diatas api."

"Jika ia bersedekah?"
"Itu sama saja orang tersebut membelah tubuhku dengan gergaji."

"Mengapa bisa begitu?"
"Sebab dalam sedekah ada 4 keuntungan baginya. yaitu keberkahan dalam hartanya, hidupnya disukai, sedekah itu kelak akan menjadi hijab antara dirinya dengan api neraka dan segala macam musibah akan terhalau dari dirinya."

"Apa yang dapat mematahkan pinggangmu?"
"Suara kuda perang di jalan Allah."

"Apa yang dapat melelehkan tubuhmu?"
"Taubat orang yang bertaubat."

"Apa yang dapat membakar hatimu?"
"Istighfar di waktu siang dan malam."

"Apa yang dapat mencoreng wajahmu?"
"Sedekah yang diam - diam."

"Apa yang dapat menusuk matamu?"
"Shalat fajar."

"Apa yang dapat memukul kepalamu?"
"Shalat berjamaah."

"Apa yang paling mengganggumu? "
"Majelis para ulama."

"Bagaimana cara makanmu?"
"Dengan tangan kiri dan jariku."

"Dimanakah kau menaungi anak - anakmu di musim panas?"
"Di bawah kuku manusia."


Manusia Yang Menjadi Teman Iblis

Nabi lalu bertanya : "Siapa temanmu wahai Iblis?"
"Pemakan riba."

"Siapa sahabatmu?"
"Pezina."

"Siapa teman tidurmu?"
"Pemabuk."

"Siapa tamumu?"
"Pencuri."

"Siapa utusanmu?"
"Tukang sihir."

"Apa yang membuatmu gembira?"
"Bersumpah dengan cerai."

"Siapa kekasihmu?"
"Orang yang meninggalkan shalat jumaat"

"Siapa manusia yang paling membahagiakanmu? "
"Orang yang meninggalkan shalatnya dengan sengaja."


Iblis Tidak Berdaya Di hadapan Orang Yang Ikhlas

Rasulullah SAW lalu bersabda : "Segala puji bagi Allah yang telah membahagiakan umatku dan menyengsarakanmu. "

Iblis segera menimpali:
"Tidak,tidak. .. tak akan ada kebahagiaan selama aku hidup hingga hari akhir.

Bagaimana kau bisa berbahagia dengan umatmu, sementara aku bisa masuk ke dalam aliran darah mereka dan mereka tak bisa melihatku. Demi yang menciptakan diriku dan memberikan ku kesempatan hingga hari akhir, aku akan menyesatkan mereka semua. Baik yang bodoh, atau yang pintar, yang bisa membaca dan tidak bisa membaca, yang durjana dan yang shaleh, kecuali hamba Allah yang ikhlas."

"Siapa orang yang ikhlas menurutmu?"
"Tidakkah kau tahu wahai Muhammad, bahwa barang siapa yang menyukai emas dan perak, ia bukan orang yang ikhlas. Jika kau lihat seseorang yang tidak menyukai dinar dan dirham, tidak suka pujian dan sanjunang, aku bisa pastikan bahwa ia orang yang ikhlas, maka aku meninggalkannya. Selama seorang hamba masih menyukai harta dan sanjungan dan hatinya selalu terikat dengan kesenangan dunia, ia sangat patuh padaku."


Iblis Dibantu oleh 70.000 anak - anaknya

Tahukah kamu Muhammad, bahwa aku mempunyai 70.000 anak. Dan setiap anak memiliki 70.000 syaithan.

Sebagian ada yang aku tugaskan untuk mengganggu ulama. Sebagian untuk menggangu anak - anak muda, sebagian untuk menganggu orang -orang tua, sebagian untuk menggangu wanta - wanita tua, sebagian anak -anakku juga aku tugaskan kepada para Zahid.

Aku punya anak ynag suka mengencingi telinga manusia sehingga ia tidur pada shalat berjamaah. tanpanya, manusia tidak akan mengantuk pada waktu shalat berjamaah.

aku punya anak yang suka menaburkan sesuatu di mata orang yang sedang mendengarkan ceramah ulama hingga mereka tertidur dan pahalanya terhapus.

Aku punya anak yang senang berada di lidah manusia, jika seseorang melakukan kebajikan lalu ia beberkan kepada manusia, maka 99% pahalanya akan terhapus.

Pada setiap seorang wanita yang berjalan, anakku dan syaithan duduk di pinggul dan pahanya, lalu menghiasinya agar setiap orang memandanginya.

Syaithan juga berkata,"keluarkan tanganmu", lalu ia mengeluarkan tangannya lalu syaithan pun menghiasi kukunya.

mereka, anak - anakku selalu meyusup dan berubah dari satu kondisi ke kondisi lainnya, dari satu pintu ke pintu yang lainnya untuk menggoda manusia hingga mereka terhempas dari keikhlasan mereka.

Akhirnya mereka menyembah Allah tanpa ikhlas, namun mereka tidak merasa.

Tahukah kamu, Muhammad? bahwa ada rahib yang telah beribadat kepada Allah selama 70 tahun. Setiap orang sakit yang didoakan olehnya, sembuh seketika. Aku terus menggodanya hingga ia berzina, membunuh dan kufur.


Cara Iblis Menggoda

Tahukah kau Muhammad, dusta berasal dari diriku?
Akulah mahluk pertama yang berdusta.
Pendusta adalah sahabatku. barangsiapa bersumpah dengan berdusta, ia kekasihku.

Tahukah kau Muhammad?
Aku bersumpah kepada Adam dan Hawa dengan nama Allah bahwa aku benar - benar menasihatinya.


Sumpah dusta adalah kegemaranku.

Ghibah (gossip) dan Namimah (Adu domba) kesenanganku.

Kesaksian palsu kegembiraanku.

Orang yang bersumpah untuk menceraikan istrinya ia berada di pinggir dosa walau hanya sekali dan walaupun ia benar. Sebab barang siapa membiasakan dengan kata - kata cerai, isterinya menjadi haram baginya. Kemudian ia akan beranak cucu hingga hari kiamat. jadi semua anak - anak zina dan ia masuk neraka hanya karena satu kalimat, CERAI.

Wahai Muhammad, umatmu ada yang suka mengulur ulur shalat. Setiap ia hendak berdiri untuk shalat, aku bisikan padanya waktu masih lama, kamu masih sibuk, lalu ia manundanya hingga ia melaksanakan shalat di luar waktu, maka shalat itu dipukulkannya kemukanya.

Jika ia berhasil mengalahkanku, aku biarkan ia shalat. Namun aku bisikkan ke telinganya 'lihat kiri dan kananmu', iapun menoleh. pada saat iatu aku usap dengan tanganku dan kucium keningnya serta aku katakan 'shalatmu tidak sah'

Bukankah kamu tahu Muhammad, orang yang banyak menoleh dalam shalatnya akan dipukul.

Jika ia shalat sendirian, aku suruh dia untuk bergegas. ia pun shalat seperti ayam yang mematuk beras.

jika ia berhasil mengalahkanku dan ia shalat berjamaah, aku ikat lehernya dengan tali, hingga ia mengangkat kepalanya sebelum imam, atau meletakkannya sebelum imam.

Kamu tahu bahwa melakukan itu batal shalatnya dan wajahnya akan dirubah menjadi wajah keledai.

Jika ia berhasil mengalahkanku, aku tiup hidungnya hingga ia menguap dalam shalat. Jika ia tidak menutup mulutnya ketika mnguap, syaithan akan masuk ke dalam dirinya, dan membuatnya menjadi bertambah serakah dan gila dunia.

Dan iapun semakin taat padaku.

Kebahagiaan apa untukmu, sedang aku memerintahkan orang miskin agar meninggalkan shalat. aku katakan padaknya, 'kamu tidak wajib shalat, shalat hanya wajib untuk orang yang berkecukupan dan sehat. orang sakit dan miskin tidak, jika kehidupanmu telah berubah baru kau shalat.'

Ia pun mati dalam kekafiran. Jika ia mati sambil meninggalkan shalat maka Allah akan menemuinya dalam kemurkaan.

Wahai Muhammad, jika aku berdusta Allah akan menjadikanku debu.

Wahai Muhammad, apakah kau akan bergembira dengan umatmu padahal aku mengeluarkan seperenam mereka dari islam?"


10 Hal Permintaan Iblis kepada Allah SWT

"Berapa hal yang kau pinta dari Tuhanmu?"
"10 macam"

"apa saja?"
"Aku minta agar Allah membiarkanku berbagi dalam harta dan anak manusia, Allah mengizinkan. Allah berfirman,
"berbagilah dengan manusia dalam harta dan anak. dan janjikanlah mereka, tidaklah janji setan kecuali tipuan." (QS Al-Isra :64)

Harta yang tidak dizakatkan, aku makan darinya. Aku juga makan dari makanan haram dan yang bercampur dengan riba, aku juga makan dari makanan yang tidak dibacakan nama Allah.

Aku minta agar Allah membiarkanku ikut bersama dengan orang yang berhubungan dengan istrinya tanpa berlindung dengan Allah, maka setan ikut bersamanya dan anak yang dilahirkan akan sangat patuh kepada syaithan.

Aku minta agar bisa ikut bersama dengan orang yang menaiki kendaraan bukan untuk tujuan yang halal.

Aku minta agar Allah menjadikan kamar mandi sebagai rumahku.

Aku minta agar Allah menjadikan pasar sebagai masjidku.

Aku minta agar Allah menjadikan syair sebagai Quranku.

Aku minta agar Allah menjadikan pemabuk sebagai teman tidurku.

Aku minta agar Allah memberikanku saudara , maka Ia jadikan orang yang membelanjakan hartanya untuk maksiat sebagai saudaraku.

Allah berfirman, "Orang -orang boros adalah saudara - saudara syaithan. " (QS Al-Isra : 27).

Wahai Muhammad, aku minta agar Allah membuatku bisa melihat manusia sementara mereka tidak bisa melihatku.

Dan aku minta agar Allah memberiku kemampuan untuk mengalir dalam aliran darah manusia.

Allah menjawab, "silahkan", dan aku bangga dengan hal itu hingga hari kiamat.


Sebagian besar manusia bersamaku di hari kiamat.

Iblis berkata : "wahai muhammad, aku tak bisa menyesatkan orang sedikitpun, aku hanya bisa membisikan dan menggoda."
jika aku bisa menyesatkan, tak akan tersisa seorangpun…!!!

Sebagaimana dirimu, kamu tidak bisa memberi hidayah sedikitpun, engkau hanya rasul yang menyampaikan amanah.
Jika kau bisa memberi hidayah, tak akan ada seorang kafir pun di muka bumi ini.

Kau hanya bisa menjadi penyebab untuk orang yang telah ditentukan sengsara.

Orang yang bahagia adalah orang yang telah ditulis bahagia sejak di perut ibunya. Dan orang yang sengsara adalah orang yang telah ditulis sengsara semenjak dalam kandungan ibunya.

Rasulullah SAW lalu membaca ayat :
"Mereka akan terus berselisih kecuali orang yang dirahmati oleh Allah SWT" (QS Hud :118 - 119) juga membaca,
"Sesungguhnya ketentuan Allah pasti berlaku" (QS Al-Ahzab : 38)

Iblis lalu berkata:
"Wahai Muhammad Rasulullah, takdir telah ditentukan dan pena takdir telah kering. Maha Suci Allah yang menjadikanmu pemimpin para nabi dan rasul, pemimpin penduduk surga, danyang telah menjadikan aku pemimpin mahluk mahluk celaka dan pemimpin penduduk neraka. aku si celaka yang terusir, ini akhir yang ingin aku sampaikan kepadamu. dan aku tak berbohong."

DOWNLOAD DISINI :



Butuh info barang-barang keren dan up to date ? Kunjungi pro4shop pusatnya barang bermutu.

3x8 = 23


Yan Hui adalah murid kesayangan Confusius yang suka belajar, sifatnya baik. Pada suatu hari ketika Yan Hui sedang bertugas, dia melihat satu toko kain sedang dikerumunin banyak orang. Dia mendekat dan mendapati pembeli dan penjual kain sedang berdebat.

Pembeli berteriak: "3x8 = 23, kenapa kamu bilang 24?"

Yan Hui mendekati pembeli kain dan berkata: "Sobat, 3x8 = 24, tidak usah diperdebatkan lagi."

Pembeli kain tidak senang lalu menunjuk hidung Yan Hui dan berkata: "Siapa minta pendapatmu? Kalaupun mau minta pendapat mesti minta ke Confusius. Benar atau salah Confusius yang berhak mengatakan."

Yan Hui: "Baik, jika Confusius bilang kamu salah, bagaimana?"

Pembeli kain: "Kalau Confusius bilang saya salah, kepalaku aku potong
untukmu. Kalau kamu yang salah, bagaimana?"

Yan Hui: "Kalau saya yang salah, jabatanku untukmu."

Keduanya sepakat untuk bertaruh, lalu pergi mencari Confusius. Setelah Confusius tau duduk persoalannya, Confusius berkata kepada Yan Hui sambil tertawa: "3x8 = 23. Yan Hui, kamu kalah. Kasihkan jabatanmu kepada dia."

Selamanya Yan Hui tidak akan berdebat dengan gurunya. Ketika mendengar Confusius bilang dia salah, diturunkannya topinya lalu dia berikan kepada pembeli kain. Orang itu mengambil topi Yan Hui dan berlalu dengan puas.

Walaupun Yan Hui menerima penilaian Confusius tapi hatinya tidak sependapat. Dia merasa Confusius sudah tua dan pikun sehingga dia tidak mau lagi belajar darinya. Yan Hui minta cuti dengan alasan urusan keluarga. Confusius tahu isi hati Yan Hui dan memberi cuti padanya.

Sebelum berangkat, Yan Hui pamitan dan Confusius memintanya cepat kembali setelah urusannya selesai, dan memberi Yan Hui dua nasehat : "Bila hujan lebat, janganlah berteduh di bawah pohon. Dan jangan membunuh." Yan Hui bilang baiklah lalu berangkat pulang.

Di dalam perjalanan tiba2 angin kencang disertai petir, kelihatannya sudah mau turun hujan lebat. Yan Hui ingin berlindung di bawah pohon tapi tiba2 ingat nasehat Confusius dan dalam hati berpikir untuk menuruti kata gurunya sekali lagi. Dia meninggalkan pohon itu. Belum lama dia pergi, petir menyambar dan pohon itu hancur. Yan Hui terkejut, nasehat gurunya yang pertama sudah terbukti. Apakah saya akan membunuh orang?

Yan Hui tiba dirumahnya sudah larut malam dan tidak ingin mengganggu tidur istrinya. Dia menggunakan pedangnya untuk membuka kamarnya. Sesampai didepan ranjang, dia meraba dan mendapati ada seorang di sisi kiri ranjang dan seorang lagi di sisi kanan. Dia sangat marah, dan mau menghunus pedangnya. Pada saat mau menghujamkan pedangnya, dia ingat lagi nasehat Confusius, jangan membunuh. Dia lalu menyalakan lilin dan ternyata yang tidur disamping istrinya adalah adik istrinya.

Pada keesokan harinya, Yan Hui kembali ke Confusius, berlutut dan berkata: "Guru, bagaimana guru tahu apa yang akan terjadi?"

Confusius berkata: "Kemarin hari sangatlah panas, diperkirakan akan turun hujan petir, makanya guru mengingatkanmu untuk tidak berlindung dibawah pohon. Kamu kemarin pergi dengan amarah dan membawa pedang, maka guru mengingatkanmu agar jangan
membunuh".

Yan Hui berkata: "Guru, perkiraanmu hebat sekali, murid sangatlah kagum."

Confusius bilang: "Aku tahu kamu minta cuti bukanlah karena urusan keluarga. Kamu tidak ingin belajar lagi dariku. Cobalah kamu pikir. Kemarin guru bilang 3x8=23 adalah benar, kamu kalah dan kehilangan jabatanmu. Tapi jikalau guru bilang 3x8=24 adalah benar, si pembeli kainlah yang kalah dan itu berarti akan hilang 1 nyawa. Menurutmu, jabatanmu lebih penting atau kehilangan1 nyawa yang lebih penting?"

Yan Hui sadar akan kesalahannya dan berkata : "Guru mementingkan yang lebih utama, murid malah berpikir guru sudah tua dan pikun. Murid benar2 malu."
Sejak itu, kemanapun Confusius pergi Yan Hui selalu mengikutinya.

Cerita ini mengingatkan kita:
Jikapun aku bertaruh dan memenangkan seluruh dunia, tapi aku kehilangan
kamu, apalah artinya. Dengan kata lain, kamu bertaruh memenangkan apa yang
kamu anggap adalah kebenaran, tapi malah kehilangan sesuatu yang lebih
penting.
Banyak hal ada kadar kepentingannya. Janganlah gara2 bertaruh mati2an untuk
prinsip kebenaran itu, tapi akhirnya malah menyesal, sudahlah terlambat.
Banyak hal sebenarnya tidak perlu dipertaruhkan.
Mundur selangkah, malah yang didapat adalah kebaikan bagi semua orang.
Bersikeras melawan pelanggan. Kita menang, tapi sebenarnya kalah juga.
(Saat kita kasih sample barang lagi, kita akan mengerti)
Bersikeras melawan boss. Kita menang, tapi sebenarnya kalah juga.
(Saat penilaian bonus akhir tahun, kita akan mengerti)
Bersikeras melawan teman. Kita menang, tapi sebenarnya kalah juga.
(Bisa-bisa kita kehilangan seorang teman)

DOWNLOAD DISINI :



Butuh info barang-barang keren dan up to date ? Kunjungi pro4shop pusatnya barang bermutu.

GAJAH MADA


Gajah Mada, pahlawan pemersatu Nusantara, hidup pada zaman keemasan Majapahit di abad ke-14, tercatat pada prasasti dan naskah-naskah sastra para pujangga besar bangsa ini.

Sumpah Amukti Palapa yang sangat sakral, yang diucapkannya di paseban agung Majapahit pada tahun 1334 telah merubah sejarah bangsa besar ini menjadi bangsa yang mempunyai kekayaan budaya, peradaban dan semangat kesatuan yang sangat inheren.

Sejalan dengan filosofi dasar konsepsi persatuan bangsa, BhinnekaTunggal Ika tan hana dharma mangrwa, yang termaktub dalam kitab Sutasoma karya Rakawi Tantular, Gajah Mada terbukti mampu mempersatukan perbedaan dalam bentuk apapun di seluruh persada Nusantara yang sangat heterogen ini.

Semangat Bhayangkara yang melekat dalam dirinya telah membentuk Gajah Mada menjadi seorang tokoh sejarah yang tak lekang dimakan waktu.

Dalam abad ke empat belas, Majapahit merupakan kekuasaan besar di Asia Tenggara menggantikan kedudukan Mataram dan Sriwijaya. Dua negara yang berbeda cirinya. Yang pertama sebagai negara pertanian, sedang yang kedua negara maritim. Kedua ciri itu dimiliki oleh Majapahit.

Pada abad itu, timbulnya Majapahit di geopolitik Asia Tenggara yang sanggup mempersatukan seluruh perairan Nusantara Raya merupakan peristiwa sejarah yang belum pernah terjadi.

Majapahit menjadi kekuatan besar di Asia Tenggara yang ditakuti dan disegani negara-negara tetangganya di daratan Asia .

Kekuasaan Majapahit yang sangat luas saat itu terbagi dalam beberapa wilayah kekuasaan. Di Jawa ada sebelas Negara bawahan masing-masing diperintah oleh Raja/Ratu/Prabhu, dan lima propinsi yang disebut Amancanagaramasing- masing diperintah oleh Juru Pengalasan atau Adipati.

Kesebelas Negara bawahan di tanah Jawa itu adalah: 1. Daha; 2. Wengker; 3. Matahun; 4. Lasem; 5. Pajang; 6.Paguhan; 7. Kahuripan; 8. Singasari; 9. Mataram; 10. Wirabhumi; 11. Pawanuhan. Semua pemegang kuasa di Negara bawahan adalah keluarga Raja Majapahit sesuai dengan Nagarakretagama pupuh VI/4 dan XII/6.

Kelima propinsi yang disebut Amancanagara disebut menurut mata angin yaitu utara, timur, selatan, barat dan pusat/tengah, masing-masing diperintah oleh seorang Mantri Amancanagara atau Juru Pengalasanatau Adipati yang bergelar Rakryan, seperti juga tertulis pada piagamBendasari.

Pola pemerintahan seluruh Negara bawahan dan Amancanagara mengikuti pola pemerintahan pusat. Raja, Juru Pengalasan atau Adipati adalah pembesar yang memegang kuasa dan tanggungjawab Negara, namun pemerintahannya diserahkan kepada Patih.

Dalam Nagarakretagama pupuh X, para pembesar Negara dan para patih Negara bawahan atau Amancanagara apabila datang ke Majapahit, mengunjungi Kepatihan Amangkubumi untuk urusan pemerintahan. Apa yang dilaksanakan di pusat, dilaksanakan di daerah.

Dari patih perintah diteruskan ke Wadana, semacam pembesar distrik kemudian turun ke Akuwu sampai ke Buyut, kepala desa sebagai pimpinan wilayah paling rendah dalam struktur organisasi ketatanegaraan Majapahit.

Yang menarik, sebagai pusat pemerintahan, Majapahit menerapkan konsep otonomi yang sangat luas kepada semua Negara bawahan di sebrang lautan. Para Raja, Juru Pengalasan atau Adipati berdaulat penuh di negaranya masing-masing. Majapahit dalam hal ini tidak ikut campur dengan urusan daerah.

Kewajiban utama daerah bawahan adalah menyerahkan upeti tahunan dan menghadap Raja Majapahit pada waktu-waktu tertentu sebagai bukti kesetiaan pada Majapahit. Mengikuti rapat besar pada waktu-waktu tertentu.

Sedikitnya ada enam macam rapat yang pernah dilakukan. Antara lain: 1. Rapat Perayaan Palguna, 2. Sidang Tentara, 3. Rapat Perayaan Bubat, 4. Rapat Perayaan Caitra, 5. Rapat Paseban dan 6. RapatNusantara.

Dalam Nagarakretagama pupuh XVI/5 ditegaskan bahwa Majapahit melindungi seluruh Negara bawahan dan Amancanagara dengan memelihara Angkatan Laut (Jaladi Bala) yang sangat besar dan tangguh pada abad itu dan sangat ditakuti oleh Negara tetangga di Asia Tenggara.

Bahkan Cina sebagai Negara adikuasa di selatan Asia saat itu sangat menaruh perhatian terhadap pertumbuhan kekuasaan Majapahit yang begitu pesat. Sehingga pada tahun 1416 melakukan show of force dengan mengirimkan 22 jung besarnya yang mengangkut tidak kurang dari dua puluh tujuh ribu prajurit Cina ke Majapahit di bawah pimpinan Laksamana Cheng Ho..

Begitu luasnya wilayah kekuasaan Majapahit mengisyaratkan betapa kompleksnya persoalan yang setiap saat muncul di seluruh wilayah yang lebih luas lagi dari Negara Kesatuan Republik Indonesia saat ini.

Sebagai perbandingan, luas geografis Indonesia saat ini yang membentang mulai dari 95Ëš sampai dengan 141Ëš BT dan di antara 60Ëš LU dan 110Ëš LS meliputi 7,9 juta km² wilayah perairan laut termasuk Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) dikelilingi 81.000 km panjang pantai terpanjang nomor dua di dunia setelah Kanada, dengan memiliki 17.508 pulau terbanyak nomor satu di dunia.

Terbukti, Majapahit yang lebih luas lagi dari Indonesia saat ini mampu bertahan sebagai Negara besar, agung, ditakuti dan disegani selama seratus tujuh puluh tahun.

Kestabilan keamanan dan politiksecara implisit mangandung muatan pemikiran yang mengacu pada pengakuan atas berhasilnya konsepsi Keamanan dan Pertahanan baik di dalam maupun luar negeri yang diterapkan oleh Majapahit (baca: Gajah Mada, sebagai konseptor hampir seluruh kebijakan di segala sektor) secara utuh dan terorganisir.

Konsep strategis sistem dan struktur organisasi keamanan dan pertahanan Majapahit terbukti mampu membawa Negara Agung ini menjadi Negara aman dan berdaulat yang memberikan peluang begitu luas terhadap pertumbuhan di segala sektor: ekonomi, politik, sosial, budaya dan keagamaan.

Memberikan garis struktur dan komando yang jelas terhadap job-description antara Angkatan Darat (Samatya Bala), Badan Intelijen (Sandi Bala), Angkatan Laut (Jaladi Bala) dan Bhayangkara (sebagai kesatuan bersenjata pengawal raja dan kerabatnya) pada saat itu ternyata telah membuktikan adanya regulasi yang sangat brilian, intelektual dan responsif terhadap perkembangan kemajuan peradaban yang sustainable dan futuristik.

Sebagai contoh, dengan ditetapkannya Selat Malaka sebagai Bandar Internasional saat itu sebagai pintu gerbang transaksi perdagangan antara masyarakat Nusantara Raya dengan masyarakat luar seperti Cina, India, Timur Tengah, Campa, Kamboja dan lainnya.

Perairan Selat Malaka, yang begitu ramai dikunjungi para pedagang ke dalam dan ke luar perairan Nusantara Raya terbukti sangat aman dijaga oleh Jaladi Bala yang sangat ditakuti saat itu karena memiliki armada dan prajurit yang sangat tangguh di lautan.

Juga Samatya Bala sebagai kekuatan militer di daratan yang memiliki puluhan ribu prajurit tangguh dalam mengatur strategi tempur di daratan, dan Bhayangkara yang berfungsi sebagai Angkatan `Bersenjata' yang memiliki garis tugas dan tanggungjawab sebagai pengawal masyarakat sipil di seluruh pelosok Nusantara.

Bersama-sama seluruh komponen Angkatan Bersenjata baik di darat dan lautan, para Dharmadhyaksa dan Upapati, Bhayangkara tegar berdiri dan berwibawa sebagai kekuatan yang selalu dekat di istana maupun di seluruh jiwa masyarakat luas, di seluruh wilayah perairan Nusantara Raya.

Di bawah Mapanji Gula-Kelapa (baca: merah-putih), Gajah Mada dengan tegas menetapkan ideologi bangsa yang sangat sakral dan mempunyai muatan falsafah yang sangat luar biasa dan terus up-to-date sampai hari ini, yaitu: Bhinneka Tunggal Ika tan hana dharma mangrwa.

Berdasarkan letak geografis, sejarah nenek-moyang bangsa Nusantara, ideologi dan falsafah Negara sebagai holy-spirit bagi setiap jiwa anak bangsa, Gajah Mada dengan tegas menetapkan konsep Negara Maritim yang sangat implementatif terhadap perkembangan bangsa besar ini.

Konsepsi Negara Maritim, sebagai warisan nenek-moyang terbukti mampu membawa bangsa ini selama seratus tujuh puluh tahun hidup tentram, damai, gemah ripah loh jinawi. Dan berwibawa di mata mancanegara.

Namun, keruntuhan Majapahit akibat perebutan kekuasaan antar kerabat yang sangat klise telah merubah konsepsi dasar falsafah bangsa besar ini menjadi bangsa yang tak lagi mampu menguasai perairan yang sangat luas sebagai kekayaan geografis yang dianugerahkan AllahSWT kepada bangsa ini sejak 5.000 tahun sebelum Masehi, ketika migrasi besar-besaran terjadi di perairan Nusantara ini.

Demak, sebagai "penerus" Majapahit tak mampu mempertahankan konsepsi Negara Maritim sebagai warisan yang sangat mahal yang pernah dimiliki bangsa besar ini.

Setelah Selat Malaka dikuasai Portugis pada tahun 1511, secara tidak langsung bangsa besar yang pernah mengalami kewibawaan dan kemakmuran ini mulai terkubur dan hilang di percaturan politik benua ini.

Berturut-turut, bandar-bandar internasional yang pernah dimiliki Majapahit pada masa kejayaannya mulai berada di bawah kekuasaan bangsa barat.

VOC (1602-1798) dengan signifikan menguasai perairan Nusantara Raya ini. Apalagi setelah terjadi perjanjian Giyanti tahun 1755 antara pihak Belanda dengan Raja Surakarta dan Yogyakarta yang isinya antara lain: diktum bahwa kedua raja keturunan Mataram itu, yang sudah dikendalikan oleh otoritas Belanda, menyerahkan perdagangan laut, hasil bumi dan rempah-rempah dari wilayahnya kepada Belanda.

Sejak itu, nilai-nilai sosial budaya dalam masyarakat Indonesia bergeser, yang semula bercirikan budaya maritim menjadi budaya terestrial. (DjokoPramono, Budaya Bahari, 2004).

Nusantara Raya mati suri selama lebih dari tiga setengah abad.

Kini, ketika kesadaran intelektual yang terinspirasi dari perjalanan panjang sejarah bangsa ini muncul akibat luka sangat dalam oleh pisau tajam penjajahan, dalam bentuk apapun, membangkitkan semangat untuk merebut kembali hak kita atas tanah air warisan nenek-moyang yang pernah membuat bangsa ini berwibawa di mata dunia.

Itu hanya dapat terwujud apabila kita kembali menyadari pentingnya falsafah persatuan dan kesatuan menjadi ideologi dasar Negara ini yang tertulis di Kitab Sutasoma karya pujangga besar RakawiTantular, yaitu: Bhinneka Tunggal Ika tan hana dharma mangrwa.

Ideologi ini yang mengilhami GajahMada menetapkan konsepsi Negara Maritim yang secara politis terbukti sangat ampuh menjadi infrastruktur Negara Majapahit, Nusantara Raya, menjadi Negara maju di Asia Tenggara, lebih dari enam ratus tahun lalu.

DOWNLOAD DISINI:



Butuh info barang-barang keren dan up to date ? Kunjungi pro4shop pusatnya barang bermutu.

Rabu, 02 Desember 2009

Dinding Kosong


DINDING KOSONG
(Diambil dari buku "Piano di tepi Pantai" karangan Jim Morgan)

Ada dua orang pasien yang menderita penyakit parah. Mereka dirawat di rumah sakita dan ruang perawatan yang sama. Pria pertama diizinkan diizinkan duduk di tempat tidur setiap sore selama satu jam dengan tujuan agar cairan dalam paru-parunya bisa dikeluarkan. Tempat tidurnya terletak di dekat satu-satunya jendela yang ada di kamar itu dengan posisi agak sedikit tinggi yang hanya bisa melihat pemandangan luar jendela dengan cara duduk. Sedang pria yang kedua harus selalu berbaring dengan terlentang. Keduanya hanya dipisahkan tabir pemisah yang tebal.
Kedua orang pria tersebut sering mengobrol. Berbagai macam hal yang mereka bicarakan, mulai dari istri, keluarga, rumah, pekerjaan sampai tempat-tempat yang dikunjungi saat mereka liburan. Setiap sore pria yang menempati dekat jendela selalu bercerita ke teman sebelahnya tentang apa-apa yang dilihat dibalik jendela, pemandangan di kejauhan rumah sakit.
Pria yang tidur sambil telentang lama-lama menikmati cerita dari temannya setiap satu jam setiap harinya. Selama satu jam sehari, cara pandangnya diperluas dan dihidupkan kembali dengan mendengarkan tentang kegiatan dan warna-arni dunia luar. Jendela itu menghadap ke sebuah taman di kejauhan. Di taman itu ada sebuah danau buatan yang indah dengan bebek dan angsa yang berenang. Di pinggir danau banyak tanaman bunga beraneka warna. Ada anak-anak kecil yang bercengkrama di pinggir danau. Beberapa pohon besar tumbh di atas rerumputan hijau. Pemandangan indah kota terlihat dari kejauhan di seberang danau.

Pria yang berada dekat jendela menceritakan semua itu dengan amat rinci. Pria kedua yang mendengarkan, menutup mata sambil membayangkan pemandangan- pemandangan yang dituturkan temannya. Di suatu hari pria pertama melaporkan tentang sebuah pawai yang lewat di sana (dalam kota seberang danau). Pria kedua tidak bisa melihat hanya terdengar suara musik bandnya, namun bisa melihat dengan mata bathinnya. Ia seakan-akan melihat badut-badut menari, bendera warna-warni serta mobil dan kuda hias. Pria kedua sangat menikmat cerita dari pria pertama saat-saat bercerita, ada ketenangan bathin.
Hari-haripun berlalu, bersamaan dengan cerita-cerita dari pria pertama. Hari-haripun berlalu, di dalam hati pria kedua mulai muncul rasa iri atas cerita-cerita yang disampaikan teman sekamarnya, pria pertama. Ia ingin sekali bisa melihat sendiri dari semua yang diceritakan oleh temannya. Di dalam hatinya mulai muncul kebencian dan rasa frustasi. Dia juga ingin menempati tempat tidur di dekat jendela !
Pada suatu pagi, seorang perawat masuk ke kamar seperti biasa mengurus semua pasien yang ada di dalam kamar tersebut. Tetapi perawat tersebut menemukan pria di dekat jendela meninggal dengan tenang saat tidur. Dengan rasa sedih dia memanggil perawat lain untuk memindahkan jenazahnya.
Dianggap tepat waktunya, pria kedua yng masih dirawat menanyakan apakah dia bisa dipindahkan ke tempat tidur dekat jendela. Perawat itu tidak keberatan untuk mengizinkan pria kedua tadi pindah tempat tidur dekat jendela. Dan perawatpun memindahkannya Setelah itu, pelan-pelan pria kedua ini sambil menahan rasa sakit berusaha mengangkat tubuhnya dengan satu siku lengannya untuk melihat pertama kalinya dunia di luar jendela. Ia pikir, akhirnya aku bisa juga menikmati kebahagiaan saat melihat pemandangan taman dan danau di luar jendela dan melihat semua aktivitas yang ada di sana. Ia yakin akan lebih merasa bahagia sekali. Dia berusaha melongok...
Namun ia menjadi sangat terkejut sekali karena ternyata yang dilihatnya hanya dinding tembok yang kosong. Dia segera memanggil perawat dan bertanya,"Bagaimana teman sekamar saya tadi bisa melihat semua keindahan sampai hal-hal yang terkecil dan detail, padahal saya hanya melihat dinding batu bata yang kusam!".
Perawat itu menjawab,"lho pak, memang Bapak tahu ? Mantan teman sekamar Bapak itu khan buta. Jangankan pemandangan, dindingpun tidak mungkin bisa dilihat". Kemudian perawat itu menambahkan, " Mungkin teman Bapak itu hanya ingin membahagaikan dan embesarkan hati Bapak saja".
Mendengar penuturan perawat itu, pria yang kedua itu langsung menangis.

Hikmah :
Apakah pernah terpikir oleh Anda untuk menukar posisi Anda dengan posisi orang lain karena merasa iri ?
Apakah pernah terpikir oleh Anda untuk mensyukuri sesuatu dari orang lain yang kebetulan memberikan kata-kata penyemangat hidup bagi Anda ?
Apakah pernah terpikir oleh Anda, bahwa obsesi untuk membahagiakan orang lain lebih baik dari kepahitan yang sesungguhnya dirasakan oleh diri Anda ?

Bila Anda terobsesi oleh segala hal yang dimiliki oleh orang lain, maka Anda tidak akan merasakan indahnya hal-hal yang akan diberikan oleh orang lain kepada Anda.

DOWNLOAD DISINI :



Butuh info barang-barang keren dan up to date ? Kunjungi pro4shop pusatnya barang bermutu.

Ikan Yang Kelaparan



IKAN YANG KELAPARAN
(Diambil dari buku "Piano di tepi Pantai" karangan Jim Morgan)

Beberapa tahun yang lalu sebuah penelitian ilmiah yang penting dilakukan melalui sebuah film documenter. Di situ ditampilkan Dr. Eden Ryl seorang psikolog spesialis perilaku. Di dalam eksperimennya, seekor ikan great northern (sejenis salmon yang bias tumbuh 1,4 meter dengan berat 21 kg) dimasukkan ke dalam akuarium besar. Dia diberi makan berupa ikan-ikan minnow, sejenis ikan sungai yang berukuran kecil 6-10 cm. Selama beberapa hari, kamera digunakan untuk merekam aktivias kedua jenis ikan ini.
Beberapa waktu kemudian, para peneliti mengubah kondisi akuarium degan meletakkan penyekat kaca antar ikan besar dengan ikan kecil Setiap kali ikan besar berupaya memangsa ikan kecil, setiap kali pula ia membentur kaca. Kegagalan demi kegagalan ia alami dalam memperoleh mangsanya dan merasakan sakit di seluruh tubh akibat benturan-benturan pada kaca. Ikan besar itupun menghentikan usahanya. Setelah diperkirakan ikan besar sangat kelaparan, peneliti ini mengangkat sekat kaca pembatas tersebut. Ikan-ikan kecilpun dapat berenang bebas demikian pula ikan besar kelaparan tadi.
Apa yang Terjadi ?

Tenyata ikan besar itu tidak berusaha memburu ikan-ikan kecil, sebaliknya ia berenang-renang dikelilingi buruannya. Sebetulnya ia sangat kelaparan, tetapi ia sudah putus asa. Karena gagal mendapatkan mangsanya dan luka di tubuhnya, akhirnya ikan besar ini mati dalam keadaan kelaparan dalam akuarium yang justru dipenuhi dengan makanannya sendiri !
Makanan itupun gagal didapatkannya. Ikan itu sudah YAKIN bahwa makanan itu sudah tidak bisa diraih !

Apa Hikmahnya :
Banyak orang yang gagal ketika berada di dalam potensi kesuksesannya. Mereka teru mmikirkan jerih payah dan penderitaan yang dilakukan dan terus terpaku pada kegagalan masa lalu. Rasa malu dan sakit akibat kegagalan-kegagalan untuk mencapai sasaran, kecewa karena penolakan-penolakan dan hal lainnya yang mematahkan semangat juangnya. Lama kelamaan terbentuk opini dalam diri mereka bahwa keberhasilan dan kehidupan yang bermakna TIDAK AKAN PERNAH BISA MEREKA RAIH. Putus asa dan daya juang ketika Kesuksesan berada di depan mata.

DOWNLOAD DISINI:



Butuh info barang-barang keren dan up to date ? Kunjungi pro4shop pusatnya barang bermutu.

Manuela-Mirela: Aku Mencintai Muhammad Saw Tanpa Harus Kehilangan Yesus

Manuela-Mirela Tanasecu, perempuan asal Bucharest, Rumania ini terlahir sebagai anak tunggal dari keluarga yang menganut agama Kristen Ortodoks. Meski tidak terlalu relijius, keluarga Mirela percaya akan adanya Tuhan. Mirela mulai mengenal Islam dari seorang da'i asal Tepi Barat, Palestina, Walid Sulaiman yang kemudian menjadi suaminya.

Tapi sebelumnya, ia sudah tertarik dengan Islam setelah berkunjung ke sejumlah negeri Muslim seperti Yordania, Suriah, Iran, Pakistan, Malaysia dan Indonesia. Setelah menikah dengan Walid pada tahun 1991 di Bucharest, Mirela memutuskan menjadi muslimah. Ia mengucapkan dua kalimat syahadat di Iran, saat melakukan kunjungan ke negara itu.
Mirela tertarik dengan Islam karena menurutnya doktrin-doktrin dalam Islam sangat jelas dibandingkan doktrin-doktrin dalam ajaran agama Kristen. Sebagai contoh, doktrin Trinitas yang dinilainya samar-samar, membingungkan dan sulit dipahami. "Doktrin semacam itu tidak ada dalam Islam yang mengajarkan monoteisme absolut," kata Mirela.
Ia menilai umat Islam lebih serius dalam masalah agamanya dibandingkan kaum Kristiani pada umumnya. "Umat Islam salat lima waktu sehari, sedangkan penganut Kristen ke gereja hanya pada hari Minggu dan kebanyakan yang datang ke gereja juga orang-orang yang sudah tua," ujarnya.

Salah satu perbedaan yang mencolok antara Islam dan Kristen, sambung Mirela, Islam sangat menghormati dan memuliakan para nabi dan rasulnya, tanpa pengecualian. "Ini merupakan titik kekuatan Islam, yang menunjukkan bahwa siapa saja yang mencintai Yesus bisa memeluk Islam tanpa harus menghentikan rasa cinta pada Yesus, karena Islam mengajarkan umatnya untuk meyakini dan mencintai para rasul Allah Swt," papar Mirela.
"Jadi, bisa saya katakan bahwa menjadi seorang muslim, saya mencintai dan memuliakan Rasulullah Muhammad Saw tanpa harus kehilangan Yesus yang dalam Islam dikenal sebagai Nabi Isa," imbuhnya.
Perjalanan Mirela ke sejumlah negeri Muslim membuka matanya bahwa umat Islam adalah umat yang ramah, dermawan dan siap membantu siapa saja yang membutuhkan bantuan. Sebelum mengenal Islam, Mirale memiliki pandangan yang negatif tentang Islam karena Islam membolehkan seorang suami beristeri hingga empat orang. Mirale menganggap aturan itu merendahkan perempuan. Tapi kemudian, ia menilai lelaki muslim sangat perhatian dengan keluarga dan isterinya dibandingkan lelaki Barat non-Muslim.
Mirale mengatakan, Barat telah salah menilai Islam yang dituding merendahkan kaum perempuan. Pandangan itu muncul karena Barat mendapatkan informasi yang salah dan tidak memahami ajaran Islam yang sesungguhnya. Mirale tidak menepis kenyataan bahwa ada segelintir orang Islam yang berkontribusi menimbulkan pandangan yang salah tentang Islam, karena berperilaku tidak islami.

Sebagai muslimah, Mirale menghimbau para muslimah lainnya agar tidak mencontoh gaya hidup kaum perempuan Barat. Menurutnya, kaum perempuan di Barat sebenarnya sudah menjadi peradaban Barat yang sangat materilistis.
"Barat mengklaim telah membebaskan perempuan. Padahal jika dikaji lebih dalam, kaum perempuan di Barat sebenarnya sudah diperlakukan tidak manusiawi dan dijadikan sebagai komoditi serta obyek seksual semata. Setelah saya mengenal Islam, saya bisa mengatakan bahwa tidak ada agama yang memuliakan perempuan selain Islam," tutur Mirale.

DOWNLOAD DISINI :



Butuh info barang-barang keren dan up to date ? Kunjungi pro4shop pusatnya barang bermutu.

Tarik Preston: Namaku Membawaku ke Islam



Cerita Tarik Preston masuk Islam tergolong unik. Ia bersyahadat pada tahun 1988 dalam usia yang relatif masih muda, 19 tahun. Menurut Tarik, perjalanannya menjadi seorang muslim bukan cerita yang panjang, tapi perjalanan bagaimana Allah Swt terus menuntunnya menjadi seorang muslim setelah masuk Islam, justeru menjadi kisah-kisah yang penuh inspirasi buatnya.

Semuanya berawal dari namanya yang berbau nama Islam, yaitu Tarik, meski ia seorang non-Muslim. "Saya diberi nama Tarik sejak lahir. Di era tahun 60-an, 70-an bahkan 80-an menjadi hal yang biasa bagi para orangtua di Amerika memberi nama anaknya dengan nama khas Afrika. Dalam banyak kasus, mereka memilih nama Afrika yang sebenarnya nama islami dan itulah yang terjadi pada saya," tutur Preston.
Sebelum menjadi muslim, ia sering bertemu dengan orang yang juga bernama Tarik atau orang yang paham makna nama Tarik. Orang-orang itu, kata Preston, akan bertanya "kamu tahu apa arti namamu?". Ketika itu Tarik dengan bangga menjawab arti namanya seperti yang diceritakan kedua orangtuanya, "bintang yang menyebarkan cahaya terang". Setelah menjadi seorang muslim, Preston kadang menambahkan cerita dibalik namanya dengan kisah Tariq bin Ziyad. tokoh muslim yang berhasil menaklukan Spanyol.
Tarik Preston memilih jurusan biologi saat sekolah menengah karena ia bercita-cita ingin menjadi dokter. Dan di tahun-tahun pertama menjadi mahasiswa kedokteran, ia mulai membaca Alkitab, tapi ia menemukan ajaran-ajaran Kristen yang menurutnya tidak masuk akal.


Saat liburan musim semi, Preston berdiskusi dengan neneknya tentang teologi. Meski seorang Kristiani, pernyataan neneknya membuat Preston takjub. "Dia bilang, 'aku menyembah tuhan dan bukan menyembah Yesus, karena aku merasa lebih aman menyembah tuhan'," ujar Preston menirukan pernyataan neneknya. Sejak kecil Preston memang dekat dengan neneknya itu.
Sejak perbincangan itu, kata Preston, kebiasaannya berdoa setiap malam tidak lagi dilakukan atas nama Yesus, tapi ia memanjatkan doannya langsung atas nama tuhan.
Suatu hari, Preston sedang berjalan menuju kampus ketika berjumpa dengan seorang juniornya yang ia tahu sudah memeluk agama Islam. Juniornya itu menyapa Preston dengan ucapa "assalamua'alaikum" . Bagi Preston yang tumbuh dewasa di kawasan Chicago di era tahun 70-an, kata "assalamua'alaikum" bukan kata yang asing buatnya. Maka ia menjawab salam itu dengan ucapan "wa'alaikumsalam" .
Juniornya itu kemudian bertanya apakah Preston seorang Muslim. Ia menjawab "bukan" dan mengatakan bahwa ia seorang penganut 'persekutuan metodis". Dan juniornya berkata, "Oh! saya kira kamu seorang muslim karena namamu Tarik."
Tak lama setelah pertemuan itu. Preston berjumpa lagi dengan juniornya itu di satu mata kuliah dan ia berusaha menjelaskan tentang Islam pada Preston dan beberapa teman sekelas. "Dia masih sangat muda dan baru sedikit tahu tentang Islam. Tapi ia memperingatkan kami tentang bahayanya menyembah Yesus," tutur Preston mengingat perbincangan itu.

Musim panas pun tiba. Preston mengisi liburan dengan bekerja sebagai telemarketer dimana ia bertemu dengan seorang muslim bernama Ahmed. Ahmed juga seorang mualaf asal Puerto Rico. Pertama kali bertemu, Preston bertanya pada Ahmed, "Apakah kamu seorang muslim?"
Ahmed menjawab, "Ya, Tarik. Kamu?
"Saya bukan muslim. Saya penganut persekutuan metodis," ujar Preston.
Ahmed tersenyum dan berkata,"Dengan nama Tarik, kamu seharusnya seorang muslim."
Dan selanjutnya, dari Ahmed, Preston tahu tentang apa itu agama tauhid dan Preston mengaku terkesan dengan konsep Islam tentang keesaan Tuhan. Suatu ketika saat diundang ke rumah Ahmed, Preston kagum melihat betapa Ahmed sangat memuliakan kitab suci Al-Quran dan Preston bertanya apakah ia boleh meminjam Al-Quran itu.
Ahmed awalnya terlihat enggan dan beralasan bahwa ia cuma punya satu Al-Quran. Tapi Ahmed akhirnya mengijinkan dengan permintaan agar Preston benar-benar menghormati Al-Quran, menjaganya agar tetap bersih dan disimpan ditempat yang layak.
"Saya tidak sabar ingin segera membaca Al-Quran itu," imbuh Preston.
Dua minggu kemudian, Preston mengundang Ahmed ke rumahnya dan kembali berdiskusi tentang Islam. Saat itu Preston mengatakan pada Ahmed bahwa ia meyakini Al-Quran sebagai kebenaran dan ia ingin menjadi seorang muslim.
Akhirnya, keesokan harinya, Preston dan Ahmed berangkat ke Islamic Center di Washington D.C. Di sanalah, Preston mengucapkan dua kalimat syahadat dan menjadi seorang muslim.

Berkat rahmat Allah Swt, beberapa tahun kemudian, Preston mendapatkan kesempatan untuk belajar tentang Islam di Universitas Islam di kota Madinah, Arab Saudi dimana ia mendapatkan gelar sarjana di bidang bahasa Arab dan ilmu hadist.
"Saya berharap, cerita bagaimana saya memeluk Islam bisa mendorong non-muslim lainnya untuk hijrah ke agama Islam. Saya juga berharap kisah saya ini mendorong saudara-saudara saya sesama muslim untuk terus menyebarkan kebenaran pesan-pesan Islam, baik dengan perkataan maupun perbuatan," tukas Tarik Preston menutup kisahnya.

Source : www.eramuslim. com

DOWNLOAD DISINI :



Butuh info barang-barang keren dan up to date ? Kunjungi pro4shop pusatnya barang bermutu.

Ini Yang Anda Cari ?

PASTI ANDA SUKA :

Sahabat